JAKARTA - Pekerjaan konstruksi Tol Yogyakarta–Solo kembali menunjukkan perkembangan setelah tahapan pondasi dilanjutkan.
Aktivitas ini menjadi bagian penting dalam menjaga target penyelesaian proyek sesuai rencana.
Pembangunan bore pile kembali dimulai setelah sebelumnya sempat tertunda. Tahapan ini menjadi fondasi utama untuk menopang struktur jalan tol yang dirancang menahan beban berat.
Fungsi Bore Pile dalam Struktur Tol
Bore pile merupakan pondasi yang dibuat dengan metode pengeboran tanah. Struktur ini berfungsi sebagai penopang utama konstruksi agar bangunan jalan tol tetap stabil.
Pada proyek Tol Jogja–Solo, bore pile menjadi elemen krusial di beberapa titik. Pengerjaannya dilakukan secara bertahap menyesuaikan kondisi lapangan. Pihak proyek menyebutkan jumlah bore pile yang dikerjakan saat ini semakin berkurang. Fokus pekerjaan diarahkan pada titik-titik yang tersisa agar tahapan ini segera tuntas.
Humas proyek menyampaikan bahwa dari sembilan bore pile, tersisa empat yang masih dikejar pengerjaannya. Proses tersebut menjadi prioritas agar tahapan lanjutan bisa segera dimulai.
Target Penyelesaian Pekerjaan Pondasi
Pengerjaan bore pile ditargetkan rampung dalam waktu dekat. Penyelesaian tepat waktu dinilai penting agar tidak menghambat jadwal konstruksi berikutnya. Proses pengeboran dilakukan secara intensif untuk mengejar target tersebut. Setiap tahapan diawasi agar tetap sesuai standar keselamatan dan teknis.
Pihak proyek optimistis pekerjaan bore pile dapat diselesaikan sesuai jadwal. Setelah rampung, konstruksi struktur di atasnya dapat segera dilanjutkan. Penyelesaian pondasi ini diharapkan mempercepat progres keseluruhan proyek. Dengan demikian, pekerjaan jalan utama dan fasilitas pendukung bisa berjalan paralel.
Relokasi Makam Warga Jadi Tantangan Awal
Sebelumnya, pengerjaan bore pile sempat terhenti karena adanya proses relokasi makam warga. Tahapan ini dilakukan untuk menyesuaikan trase proyek dengan kondisi sosial masyarakat.
Relokasi dilakukan di wilayah Padukuhan Kaweden, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Proses tersebut membutuhkan waktu karena melibatkan banyak pihak.
Terdapat tiga titik makam warga yang harus dipindahkan. Seluruhnya kemudian direlokasi ke satu lokasi baru bernama Makam Tri Kemuning.Sebanyak 451 jasad dari tiga makam disatukan di area pemakaman baru tersebut. Proses pemindahan dilakukan secara bertahap dan penuh kehati-hatian.
Sosialisasi Dilakukan Sejak Awal
Sosialisasi relokasi makam telah dilakukan jauh sebelum proyek berjalan. Pendekatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat terdampak. Proses sosialisasi melibatkan ahli waris dari keluarga pemilik makam. Diskusi dilakukan untuk mencapai kesepahaman bersama sebelum relokasi dilaksanakan.
Pihak proyek menilai komunikasi yang baik menjadi kunci kelancaran tahapan ini. Dengan keterlibatan ahli waris, proses relokasi dapat berjalan lebih kondusif. Tahapan relokasi menjadi salah satu faktor penting sebelum pekerjaan fisik dilanjutkan. Setelah seluruh proses selesai, pengerjaan bore pile kembali dilaksanakan.
Progres Proyek Menjelang Libur Akhir Tahun
Pembangunan Tol Yogyakarta–Solo terus digenjot menjelang masa libur Natal dan Tahun Baru 2026. Proyek ini diharapkan mendukung kelancaran mobilitas masyarakat. Secara umum, progres konstruksi telah mencapai sekitar 70 persen. Capaian ini terlihat pada paket-paket utama yang menjadi tulang punggung jalur tol.
Salah satu paket utama adalah Seksi 2 Paket 2.2 yang membentang dari Tirtoadi hingga Trihanggo. Panjang ruas ini mencapai sekitar 3,2 kilometer. Paket tersebut menghubungkan Tirtoadi dengan Junction Sleman. Jalur ini menjadi bagian penting dalam konektivitas wilayah Sleman dan sekitarnya.
Penyelesaian Jalur Utama dan Fasilitas Pendukung
Untuk Paket 2.2, jalur utama sepanjang sekitar sepuluh kilometer telah selesai dikerjakan. Sisa pekerjaan difokuskan pada sekitar dua kilometer terakhir. Selain jalur utama, fasilitas pendukung juga menjadi perhatian. Pemasangan rambu dan marka jalan saat ini masih terus dikebut.
Penyelesaian fasilitas pendukung dinilai penting untuk aspek keselamatan pengguna jalan. Tahapan ini akan dilakukan seiring penyelesaian konstruksi fisik. Dengan selesainya jalur utama, fokus pekerjaan kini lebih terarah. Penyempurnaan dilakukan agar ruas tol siap digunakan sesuai standar operasional.
Kendala Cuaca dan Lahan
Dalam proses pengerjaan, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi. Salah satu hambatan utama berasal dari kondisi cuaca hujan. Curah hujan yang tinggi menghambat proses pengecoran beton rigid. Kondisi ini mempengaruhi jadwal kerja karena pengecoran membutuhkan cuaca yang mendukung.
Selain cuaca, kendala juga muncul dari sisa lahan di ramp-off Kronggahan. Proses pembebasan dan penyesuaian lahan masih terus dilakukan. Relokasi SD Nglarang juga menjadi bagian dari tantangan proyek. Koordinasi lintas pihak dilakukan agar penyelesaian kendala berjalan sesuai rencana.
Harapan Penyelesaian Tepat Waktu
Meski menghadapi sejumlah kendala, proyek Tol Jogja–Solo tetap berjalan sesuai target. Pihak pelaksana terus melakukan penyesuaian strategi di lapangan. Penyelesaian bore pile menjadi salah satu kunci percepatan proyek. Setelah tahap ini rampung, pekerjaan struktur lainnya dapat berjalan lebih optimal.
Pembangunan tol ini diharapkan memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Konektivitas antarwilayah diharapkan semakin lancar dan efisien.
Dengan progres yang terus dikejar, proyek Tol Yogyakarta–Solo ditargetkan siap mendukung mobilitas masa depan. Seluruh tahapan diupayakan berjalan sesuai rencana dan standar.